Lambang Bendera Brunei
Brunei Darussalam
Brunei Darussalam atau Brunei dengarkan (bantuan·info) /bruːˈnaɪ/, nama resmi: Negara
Brunei Darussalam, (bahasa Melayu: Negara Brunei Darussalam, Jawi: نڬارا بروني دارالسلام), adalah negara berdaulat di Asia Tenggara yang terletak di pantai utara pulau Kalimantan. Negara ini memiliki wilayah seluas 5.765 km² yang
menempati pulau Borneo dengan garis pantai seluruhnya
menyentuh Laut Cina Selatan. Wilayahnya dipisahkan ke dalam dua negara bagian
di Malaysia yaitu Sarawak.
Saat ini, Brunei
Darussalam memiliki Indeks Pembangunan Manusia tertinggi kedua di Asia Tenggara setelah Singapura, sehingga diklasifikasikan sebagai negara maju.[ Menurut Dana Moneter Internasional, Brunei memiliki produk domestik bruto per kapita terbesar kelima di dunia dalam keseimbangan kemampuan berbelanja. Sementara itu, Forbes menempatkan Brunei sebagai negara terkaya kelima
dari 182 negara karena memiliki ladang minyak bumi dan gas alam yang luas. Selain itu, Brunei juga terkenal dengan
kemakmurannya dan ketegasan dalam melaksanakan syariat Islam, baik dalam bidang pemerintahan maupun kehidupan
bermasyarakat.
Daftar isi
·
1Asal-usul Brunei
·
2Sejarah Brunei
·
3Penduduk
·
4Politik
o
4.1Raja-raja Brunei
·
5Pembagian administratif
·
6Geografi
·
7Ekonomi
o
·
8Demografi
·
9Budaya
·
10Keadaan Alam
·
Rangkuman
Asal-usul Brunei
Silsilah kerajaan Brunei
didapatkan pada Batu Tarsilah yang menuliskan Silsilah
Raja-Raja Brunei yang dimulai dari Awang Alak Betatar, raja yang mula-mula memeluk agama Islam (1368) sampai kepada Sultan Muhammad Tajuddin (Sultan Brunei
ke-19, memerintah antara 1795-1804 dan 1804-1807).
Brunei adalah sebuah
negara tertua di antara kerajaan-kerajaan di tanah Melayu. Keberadaan Brunei Tua ini diperoleh berdasarkan kepada
catatan Arab, Cina dan tradisi lisan. Dalam catatan Sejarah Cina dikenal dengan nama Po-li, Po-lo, Poni atauPuni dan Bunlai.
Dalam catatan Arab dikenali dengan Dzabaj atau Randj.
Catatan tradisi lisan
diperoleh dari Syair Awang Semaun yang menyebutkan Brunei
berasal dari perkataan baru nah yaitu setelah rombongan klan
atau suku Sakai yang dipimpin Pateh Berbai pergi ke Sungai
Brunei mencari tempat untuk mendirikan negera baru. Setelah mendapatkan kawasan
tersebut yang memiliki kedudukan sangat strategis yaitu diapit oleh bukit, air,
mudah untuk dikenali serta untuk transportasi dan kaya ikan sebagai sumber
pangan yang banyak di sungai, maka mereka pun mengucapkan perkataan baru
nah yang berarti tempat itu sangat baik, berkenan dan sesuai di hati
mereka untuk mendirikan negeri seperti yang mereka inginkan. Kemudian
perkataan baru nah itu lama kelamaan berubah menjadi Brunei.
Replika stupa yang dapat
ditemukan di Pusat Sejarah Brunei menjelaskan bahwa agama Hindu-Buddha pada suatu masa dahulu pernah
dianut oleh penduduk Brunei. Sebab telah menjadi kebiasaan dari para musafir
agama tersebut, apabila mereka sampai di suatu tempat, mereka akan mendirikan
stupa sebagai tanda serta pemberitahuan mengenai kedatangan mereka untuk mengembangkan
agama tersebut di tempat itu. Replika batu nisan P'u Kung Chih Mu,
batu nisan Rokayah binti Sultan Abdul Majid ibni Hasan ibni Muhammad Shah
Al-Sultan, dan batu nisan Sayid Alwi Ba-Faqih (Mufaqih) pula menggambarkan
mengenai kedatangan agama Islam di Brunei yang dibawa oleh musafir, pedagang dan
mubaligh-mubaliqh Islam, sehingga agama Islam itu berpengaruh dan mendapat
tempat baik penduduk lokal maupun keluarga kerajaan Brunei.
Islam mulai berkembang
dengan sangat sangat greget pesat di Kesultanan Brunei sejak Syarif Ali
diangkat menjadi Sultan Brunei ke-3 pada tahun 1425 M karena sultan yang
sebelumnya mengahwini puterinya dengan Syarif Ali. Sultan Syarif Ali adalah
seorang Ahlul Bait dari keturunan / pancir dari Cucu Rasulullah
Shalallahualaihi Wassallam yaitu Amirul Mukminin Hasan / Syaidina Hasan
sebagaimana yang tercantum dalam Batu Tarsilah / prasasti dari abad ke-18 M
yang terdapat di Bandar Sri Begawan, Brunei. Keturunan Sultan Syarif Ali ini
kemudian juga berkembang menurunkan Sultan-Sultan disekitar wilayah Kesultanan
Brunei yaitu menurunkan Sultan-Sultan Sambas dan Sultan-Sultan Sulu.
Kata Darussalam,
istilah dalam bahasa Arab untuk "Tempat
yang Damai" atau "Rumah Keamanan", disematkan pada abad ke-15
oleh Sultan ke-3, Syarif Ali, untuk menegaskan Islam
sebagai agama negara, serta untuk meningkatkan penyebarannya.
Sejarah Brunei
Para peneliti sejarah
telah mempercayai terdapat sebuah kerajaan lain sebelum berdirinya Kesultanan
Brunei kini, yang disebut orang Tiongkok sebagai Po-ni. Catatan orang Tiongkok
dan orang Arab menunjukkan bahwa kerajaan perdagangan kuno ini ada di muara
Sungai Brunei awal abad ke-7 atau ke-8. Kerajaan itu memiliki wilayah yang cukup luas
meliputi Sabah, Brunei danSarawak yang berpusat di Brunei. Kesultanan Brunei juga
merupakan pusat perdagangan dengan China. Kerajaan awal ini pernah ditaklukkan
Kerajaan Sriwijaya yang berpusat
di Sumatra pada awal abad ke-9 Masehi dan seterusnya
menguasai Borneo utara dan gugusan
kepulauan Filipina. Kerajaan ini juga
pernah menjadi taklukan (vazal) Kerajaan Majapahit yang berpusat di pulauJawa. Nama Brunai tercantum dalam Negarakertagama sebagai daerah bawahan Majapahit. Kekuasaan
Majapahit tidaklah lama karena setelah Hayam Wuruk wafat Brunai membebaskan diri dan kembali sebagai
sebuah negeri yang merdeka dan pusat perdagangan penting.
Pada awal abad ke-15,
Kerajaan Malaka di bawah pemerintahan Parameswara telah menyebarkan pengaruhnya dan kemudian
mengambil alih perdagangan Brunei. Perubahan ini menyebabkan agama Islam
tersebar di wilayah Brunei oleh pedagangnya pada akhir abad ke-15. Kejatuhan
Melaka ke tangan Portugis pada tahun 1511,
telah menyebabkan Sultan Brunei mengambil alih kepimpinan Islam dari Melaka,
sehingga Kesultanan Brunei mencapai zaman kegemilangannya dari abad ke-15 hinga abad ke-17 sewaktu memperluas kekuasaannya ke
seluruh pulau Borneo dan ke Filipina di sebelah utaranya. Semasa
pemerintahan Sultan Bolkiah (1473-1521) yang terkenal disebabkan
pengembaraan baginda di laut, malah pernah seketika menaklukkan Manila. kesultanan Brunei memperluas pengaruhnya ke utara
hingga ke Luzon dan Sulu serta di sebelah selatan dan barat Kalimantan; dan pada zaman pemerintahan sultan yang
kesembilan, Hassan (1605-1619), yang membangun susunan aturan
adat istiadat kerajaan dan istana yang masih kekal hingga hari ini.
Pada tahun 1658 Sultan Brunei menghadiahkan sedikit kawasan timur
laut Kalimantan kepada Sultan Sulu di Filipina Selatan sebagai penghargaan terhadap Sultan Sulu
dalam menyelesaikan perang saudara di antara Sultan Abdul Mubin dengan Sultan
Mohyidin. Persengketaan dalam kerajaan Brunei merupakan satu faktor yang
menyebabkan kejatuhan kerajaan tersebut, yang bersumber dari pergolakan dalam
disebabkan perebutan kuasa antara ahli waris kerajaan, juga disebabkan
timbulnya pengaruh kuasa penjajah Eropa di rantau sebelah sini, yang menggugat
corak perdagangan tradisi, serta memusnahkan asas ekonomi Brunei dan kesultanan
Asia Tenggara yang lain.
Pada Tahun 1839, James Brooke dari Inggris datang ke Serawak dan menjadi raja di
sana serta menyerang Brunei, sehingga Brunei kehilangan kekuasaannya atas
Serawak. Sebagai balasan, ia dilantik menjadi gubernur dan kemudian "Rajah" Sarawak di Barat Laut Borneo sebelum meluaskan kawasan di
bawah pemerintahannya. Pada tanggal 19 Desember 1846, pulau Labuan dan sekitarnya diserahkan kepada James Brooke.
Sedikit demi sedikit wilayah Brunei jatuh ke tangan Inggris melalui
perusahaan-perusahaan dagang dan pemerintahnya sampai wilayah Brunei kelak
berdiri sendiri di bawah protektorat Inggris sampai berdiri sendiri tahun 1984.
Pada masa yang sama,
Persekutuan Borneo Utara Britania sedang meluaskan penguasaannya di Timur Laut
Borneo. Pada tahun 1888, Brunei menjadi sebuah negeri di
bawah perlindungan kerajaan Britania dengan mengekalkan kedaulatan dalam
negerinya, tetapi dengan urusan luar negara tetap diawasi Britania. Pada
tahun 1906, Brunei menerima suatu lagi langkah perluasan kekuasaan
Britania saat kekuasaan eksekutif dipindahkan kepada seorang residen Britania,
yang menasihati baginda Sultan dalam semua perkara, kecuali yang
bersangkut-paut dengan adat istiadat setempat dan agama.
Pada tahun 1959, Brunei mendeklarasikan kerajaan baru yang berkuasa
memerintah kecuali dalam isu hubungan luar negeri, keamanan dan pertahanan di
mana isu-isu ini menjadi tanggung jawab Britania. Percobaan untuk membentuk
sebuah badan perundangan pada tahun 1962 terpaksa dilupakan karena terjadi pemberontakan
oleh partai oposisi yaitu Partai Rakyat
Brunei yang ingin menyatukan negara
Brunei, Sarawak dan North Borneo menjadi Negara Kesatuan Borneo Utara, tetapi
dengan bantuan Britania, pemberontakan ini berhasil diberantas. Pada akhir 1950
dan awal 1960, kerajaan Brunei ketika itu menolak rencana (walaupun pada
awalnya menunjukkan minat) untuk bergabung dengan Singapura, Sabah, Sarawak, dan Tanah Melayu untuk membentuk Malaysia dan akhirnya Sultan Brunei ketika itu berkehendak
untuk membentuk sebuah negara yang merdeka.
Pada 1967, Omar Ali Saifuddin III telah turun dari takhta dan melantik putra
sulungnya Hassanal Bolkiah, menjadi Sultan Brunei ke-29. Baginda juga berkenan menjadi Menteri
Pertahanan setelah Brunei mencapai kemmerdekaan penuh dan disandangkan
gelar Paduka Seri
Begawan Sultan. Pada tahun 1970, pusat pemerintahan negeri Brunei Town, telah diubah
namanya menjadi Bandar Seri Begawan untuk mengenang jasa baginda. Baginda mangkat pada
tahun 1986.
Pada 4 Januari 1979, Brunei dan Britania Raya telah
menandatangani Perjanjian
Kerjasama dan Persahabatan. Pada 1 Januari 1984, Brunei Darussalam telah berhasil
mencapai kemerdekaan sepenuhnya.
Saat ini Brunei memiliki
wilayah yang lebih kecil daripada masa lalu, dengan berbatasan dengan Serawak
dari sebelah barat sampai timur wilayah itu, serta sebelah utara berbatasan
dengan Laut Cina Selatan.
Penduduk
Penduduk Brunei pada tahun 2003 berjumlah
400.000 jiwa dengan pertumbuhan penduduknya 1,9%, dan kepadatan penduduknya 63
jiwa per km2. Pertumbuhan penduduk di negara ini rata-rata 2,0% setahun. Pada
umumnya penduduk bertempat tinggal di kotakota sepanjang pantai Laut Cina
Selatan. Mereka terdiri atas orang Melayu sebanyak 50%, Cina sebanyak 18%,
orang Kedayan yang diperkirakan berasal dari Jawa dan Sumatera sebanyak 16%,
sisanya adalah orang Kedayan dan orang Dayak. Bahasa resmi penduduk Brunei
adalah bahasa Melayu. Agama resminya adalah agama Islam.
Politik
Sultan Brunei, Hassanal Bolkiah.
Potensi Sosial Budaya
1) Letak, Luas, dan Batas
2) Iklim
3) Bentang Alam
Kerajaan Brunei Darussalam adalah negara yang memiliki
corak pemerintahan monarki absolut berdasar hukum islam dengan Sultan yang
menjabat sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan, merangkap sebagai
Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan dengan dibantu oleh Dewan Penasihat
Kesultanan dan beberapa Menteri. Sultan Hassanal Bolkiah yang gelarnya
diturunkan dalam wangsa yang sama sejak abad ke-15, ialah kepala negara serta
pemerintahan Brunei. Baginda dinasihati oleh beberapa majelis dan sebuah
kabinet menteri, walaupun baginda secara berkesan merupakan pemerintah
tertinggi. Media amat memihak kerajaan, dan kerabat kerajaan melestarikan
status yang dihormati di dalam negeri.
Istana Brunei
Brunei tidak memiliki dewan legislatif, namun pada bulan
September 2000, Sultan bersidang untuk menentukan Parlemen yang tidak pernah
diadakan lagi sejak tahun 1984. Parlemen ini tidak mempunyai kuasa selain
menasihati sultan. Disebabkan oleh pemerintahan mutlak Sultan, Brunei menjadi
salah satu negara yang paling stabil dari segi politik di Asia.
Pertahanan Keamanan Brunei mengandalkan perjanjian
pertahanan dengan Inggris di mana terdapat pasukan Gurkha yang terutama
ditempatkan di Seria. Jumlah pertahanan keamanannya lebih kecil bila
dibandingkan dengan kekayaannya dan negara negara tetangga. Secara teori,
Brunei berada di bawah pemerintahan militer sejak pemberontakan yang terjadi
pada awal dekad 1960-an. Pemberontakan itu dihancurkan oleh laskar-laskar
Britania Raya dari Singapura.
Brunei memiliki dengan hubungan luar negeri terutama
dengan negara negara ASEAN dan negara negara lain serta ikut serta sebagai
anggota PBB. Kesultanan ini juga terlibat konflik Kepulauan Spratly yang
melibatkan hampir semua negara ASEAN (kecuali Indonesia, Kamboja, Laos dan
Myanmar), RRC dan Republik Cina. Selain itu terlibat konflik perbatasan laut
dengan Malaysia terutama masalah daerah yang menghasilkan minyak dan gas bumi.
Brunei menuntut wilayah di Sarawak, seperti Limbang. Banyak pulau kecil yang
terletak di antara Brunei dan Labuan, termasuk Pulau Kuraman, telah
dipertikaikan oleh Brunei dan Malaysia. Bagaimanapun, pulau-pulau ini diakui
sebagai sebagian Malaysia di tingkat internasional.
DAFTAR RAJA-RAJA BRUNEI
Raja-raja Brunai Darusalam yang memerintah sejak
didirikannya kerajaan pada tahun 1363 M yakni:
1. Sultan Muhammad Shah (1383 – 1402)
2. Sultan Ahmad (1408 – 1425)
3. sultan Syarif Ali (1425 – 1432)
4. Sultan Sulaiman (1432 – 1485)
5. Sultan Bolkiah (1485 – 1524)
6. Sultan Abdul Kahar (1524 – 1530)
7. Sultan Saiful Rizal (1533 – 1581)
8. Sultan Shah Brunei (1581 – 1582)
9. Sultan Muhammad Hasan (1582 – 1598)
10. Sultan Abdul Jalilul Akbar (1598 – 1659)
11. Sultan Abdul Jalilul Jabbar (1669 – 1660)
12. Sultan Haji Muhammad Ali (1660 – 1661)
13. Sultan Abdul Hakkul Mubin (1661 – 1673)
14. Sultan Muhyiddin (1673 – 1690)
15. Sultan Nasruddin (1690 – 1710)
16. Sultan Husin Kamaluddin (1710 – 1730) (1737 – 1740)
17. Sultan Muhammad Alauddin (1730 – 1737)
18. Sultan Omar Ali Saifuddien I (1740-1795)
19. Sultan Muhammad Tajuddin (1795-1804) (1804-1807)
20. Sultan Muhammad Jamalul Alam I (1804)
21. Sultan Muhammad Kanzul Alam (1807-1826)
22. Sultan Muhammad Alam (1826-1828)
23. Sultan Omar Ali Saifuddin II (1828-1852)
24. Sultan Abdul Momin (1852-1885)
25. Sultan Hashim Jalilul Alam Aqamaddin (1885-1906)
26. Sultan Muhammad Jamalul Alam II (1906-1924)
27. Sultan Ahmad Tajuddin (1924-1950)
28. Sultan Omar ‘Ali Saifuddien III (1950-1967)
29. Sultan Haji Hassanal Bolkiah Mu’izzaddin Waddaulah (1967-kini)
1. Sultan Muhammad Shah (1383 – 1402)
2. Sultan Ahmad (1408 – 1425)
3. sultan Syarif Ali (1425 – 1432)
4. Sultan Sulaiman (1432 – 1485)
5. Sultan Bolkiah (1485 – 1524)
6. Sultan Abdul Kahar (1524 – 1530)
7. Sultan Saiful Rizal (1533 – 1581)
8. Sultan Shah Brunei (1581 – 1582)
9. Sultan Muhammad Hasan (1582 – 1598)
10. Sultan Abdul Jalilul Akbar (1598 – 1659)
11. Sultan Abdul Jalilul Jabbar (1669 – 1660)
12. Sultan Haji Muhammad Ali (1660 – 1661)
13. Sultan Abdul Hakkul Mubin (1661 – 1673)
14. Sultan Muhyiddin (1673 – 1690)
15. Sultan Nasruddin (1690 – 1710)
16. Sultan Husin Kamaluddin (1710 – 1730) (1737 – 1740)
17. Sultan Muhammad Alauddin (1730 – 1737)
18. Sultan Omar Ali Saifuddien I (1740-1795)
19. Sultan Muhammad Tajuddin (1795-1804) (1804-1807)
20. Sultan Muhammad Jamalul Alam I (1804)
21. Sultan Muhammad Kanzul Alam (1807-1826)
22. Sultan Muhammad Alam (1826-1828)
23. Sultan Omar Ali Saifuddin II (1828-1852)
24. Sultan Abdul Momin (1852-1885)
25. Sultan Hashim Jalilul Alam Aqamaddin (1885-1906)
26. Sultan Muhammad Jamalul Alam II (1906-1924)
27. Sultan Ahmad Tajuddin (1924-1950)
28. Sultan Omar ‘Ali Saifuddien III (1950-1967)
29. Sultan Haji Hassanal Bolkiah Mu’izzaddin Waddaulah (1967-kini)
Pembagian administratif (Provinsi)
Pembagian administratif (Provinsi)
1. Belait : Kuala Belait 109,000
2. Brunei-Muara : Bandar Seri Begawan 380,000
3. Temburong : Pekan Bangar 10,000
4. Tutong : Pekan Tutong 56,000Distrik-distrik Brunei dibagi lagi menjadi 38 mukim.
2. Brunei-Muara : Bandar Seri Begawan 380,000
3. Temburong : Pekan Bangar 10,000
4. Tutong : Pekan Tutong 56,000Distrik-distrik Brunei dibagi lagi menjadi 38 mukim.
Geografi
Brunei terdiri dari dua
bagian yang tidak berkaitan; 97% dari jumlah penduduknya tinggal di bagian
barat yang lebih besar, dengan hanya kira-kira 10.000 orang tinggal di
daerah Temburong, yaitu bagian timur
yang bergunung-gunung. Jumlah penduduk Brunei 470.000 orang. Dari bilangan ini,
lebih kurang 80.000 orang tinggal di ibukota Bandar Seri Begawan. Sejumlah kota utama termasuk kota pelabuhan Muara, serta kota Seriayang menghasilkan minyak, dan Kuala Belait, kota tetangganya. Di daerah Belait, kawasan Panaga ialah kampung
halaman sejumlah besar ekspatriat, disebabkan oleh fasilitas perumahan dan
rekreasi Royal Dutch
Shell dan British Army. Klub Panaga
yang terkenal terletak di sini.
Iklim Brunei ialah
tropis khatulistiwa, dengan suhu serta kelembapan yang tinggi, dan sinar
matahari serta hujan lebat sepanjang tahun.
Ekonomi
Mata
Uang Negara Brunei Darussalam (Dollar Brunei)
Ekonomi kecil yang kaya ini adalah suatu campuran
kewirausahaan dalam negeri dan asing, pengawalan kerajaan, kebajikan, serta tradisi kampung. Pengeluran minyak mentahdan gas alam terdiri dari hampir setengah PDB. Pendapatan yang cukup besar pekerjaan luar negeri
menambah pendapatan daripada pengeluaran dalam negeri. Kerajaan membekali semua
layanan pengobatan dan memberikan
subsidi beras dan perumahan. Pemimpin-pemimpin Brunei merasa
bimbang bahwa keterpaduan dengan ekonomi dunia yang semakin bertambah akan
mempengaruhi perpaduan sosial dalam, walaupun Brunei telah memainkan peranan yang
lebih kentara dengan menjadi ketua forum APECpada tahun 2000. Rancangan-rancangan yang dinyatakan
untuk masa hadapan termasuk peningkatan keterampilan tenaga buruh, pengurangan pengangguran, pengukuhan sektor-sektor perbankan dan pariwisata, serta secara umum, peluasan lagi asas ekonominya. Sistem
Penerbangan Brunei Diraja, sistem penerbangan
negara, sedang mencoba menjadikan Brunei sebagai pusat perjalanan internasional
antara Eropa dan Australia/Selandia Baru. Ia juga mempunyai layanan ke
tujuan-tujuan Asia yang utama.
Ekonomi Brunei
Darussalam bertumpu pada sektor minyak bumi dan gas dengan pendapatan nasional
yang termasuk tinggi di dunia satuan mata uangnya adalah Brunei Dolar yang
memiliki nilai sama dengan Dolar Singapura.
Selain bertumpu pada
sektor minyak bumi dan gas, pemerintah Brunei mencoba melakukan diversifikasi
sumber-sumber ekonomi melalui upaya peningkatan di bidang perdagangan dan
Industri.
1) Sektor pertanian menghasilkan padi,
jagung, kelapa, dan sagu.
2) Sektor perkebunan menghasilkan karet,
kelapa sawit, dan lada.
3) Sektor pertambangan menghasilkan minyak
dan gas bumi.
Sumber ekonomi utamanya diperoleh dari sektor
minyak dan gas bumi, yaitu mencapai 76% dari pendapatan negara. Minyak bumi
merupakan komoditi ekspor tertinggi yaitu 99% dari seluruh ekspor Brunei.
4) Sektor Perhubungan
Untuk perhubungan dibangun transportasi
melalui darat, laut, dan udara. Jaringan jalan raya masih terbatas (1.250 km)
dan jalan kereta api hanya sepanjang 10 km. Untuk menghubungkan dengan luar
negeri dibangun bandar udara internasional Bandar Seri Begawan dan Pelabuhan
Samudra di muara Sungai Brunei.
5) Sektor Perdagangan
Ekspor Brunei berupa minyak bumi dan gas
alam, kayu serta karet. Negeri ini mengimpor 80% bahan makanan, tekstil,
mesin-mesin pertanian dan alat transportasi dari negara lain. Karena itu, dalam
jangka panjang Brunei akan berusaha dapat melakukan swasembada pangan..
6) Sektor Kehutanan
Hasil hutan yang bisa diandalkan Brunei
adalah kayu, rotan, cengal, dan damar.
Potensi
Alam
1) Kawasan daratan di Brunei didominasi
ketampakan alam dataran rendah dengan sedikit perbukitan di bagian Timurnya.
2) Memiliki sumber daya alam minyak bumi dan
gas alam yang sangat besar.
3) Di bidang pertanian, negara ini adalah
penghasil kelapa, karet, dan kelapa sawit yang cukup besar.
Potensi
Pariwisata
Bentuk wisata yang dikembangkan pemerintah
Brunei Darussalam adalah wisata budaya, misalnya kehidupan masyarakat terapung
di daerah yang disebut dengan Kota Air dan istana kesultanan Brunei yang
dihiasi oleh lapisan emas di kubah utamanya.
dan ada pula objek wisata yang paling terkenal di brunei adalah : Masjid Sultan Omar Ali Saifuddien, Masjid James 'Asr Hassanil Bolkiah , Museum Brunei dll.
dan ada pula objek wisata yang paling terkenal di brunei adalah : Masjid Sultan Omar Ali Saifuddien, Masjid James 'Asr Hassanil Bolkiah , Museum Brunei dll.
Potensi
Industri
Industri minyak adalah industri utama di
Brunei Darussalam. Selain itu, terdapat juga industri gas alam. Penambangan
minyak dan gas alam ini dilakukan di darat dan lepas pantai.
Demografi
Kira-kira dua pertiga
jumlah penduduk Brunei adalah orang Melayu. Kelompok etnik minoritas yang paling penting dan yang
menguasai ekonomi negara ialah orang Tionghoa(Han) yang menyusun lebih kurang 15% jumlah penduduknya.
Etnis-etnis ini juga menggambarkan bahasa-bahasa yang paling penting: bahasa Melayu yang merupakan bahasa resmi, serta bahasa Tionghoa. Bahasa Inggris juga dituturkan secara meluas dan hampir 95% fasih
dengan Bahasa Inggris, dan terdapat sebuah
komunitas ekspatriat yang agak besar
dengan sejumlah besar warganegara Britania dan Australia.
Islam ialah agama resmi Brunei, dan Sultan Brunei merupakan kepala
agama negara itu. Agama-agama lain yang dianut termasuk agama Buddha (terutamanya oleh orang Tiong Hoa), agama Kristen, serta agama-agama orang asli (dalam komunitas-komunitas yang teramat kecil).
Budaya
Budaya Brunei seakan
sama dengan budaya Melayu, dengan pengaruh kuat dari Islam, tetapi kelihatan lebih konservatif dibandingkan Malaysia dan Indonesia. Penjualan dan penggunaan alkohol diharamkan, dengan
orang luar dan non-Muslim dibolehkan membawa 12 bir dan dua botol miras setiap
kali mereka masuk negara ini. Setelah pemberlakuan larangan pada awal 1990-an,
semua pub dan klub malam dipaksa tutup. Mufti Brunei juga menfatwakan
pengharaman rokok pada tahun 2011. Harga rokok dijadikan mahal supaya penduduk
dapat mengurangi konsumsi rokok.
Potensi Sosial Budaya
Penduduk Brunei Darussalam di-dominasi oleh
suku bangsa Melayu, sisanya adalah suku bangsa Cina, Kedayan, Kadazan, dan
Dayak. Bahasa resminya adalah bahasa Melayu. Namun dalam penggunaan
sehari-hari, penduduknya ada yang berbahasa Mandarin dan Inggris.
Keadaan Alam
1) Letak, Luas, dan Batas
Brunei Darussalam terletak di Pantai
Kalimantan Barat Laut, hanya berbatasan dengan satu negara saja, yaitu
Malaysia, di negara bagian Serawak, atau terletak antara 4O2’LU– 5O3’LU dan
114O5’BT-115O22’BT. Keseluruhan pantai menghadap laut Cina Selatan yang panjangnya
sekitar 161 km. Serawak membagi Brunei menjadi dua bagian yaitu bagian barat
dan bagian timur. Negara Brunei Darusalam terbagi atas dua bagian, yaitu bagian
barat dan bagian timur. Bagian barat terdiri atas 3 daerah yaitu daerah Tutong,
Belait, dan Brunei, sedangkan bagian timurnya adalah daerah Temburong. Luas
wilayah seluruhnya adalah 5,765 km2, hamper sama dengan luas Pulau Bali di
Indonesia (5.561 km2).
Brunei
mempunyai batas sebagai berikut.
a) Sebelah utara berbatasan dengan Laut Cina
Selatan
b) Sebelah timur berbatasan dengan Sabah,
Malaysia
c) Sebelah barat berbatasan dengan Serawak,
Malaysia
2) Iklim
Keadaan iklim Brunei dipengaruhi oleh iklim
tropis yang lembab dengan suhu ratarata tahunan 27,8OC. Hujan turun pada bulan
Mei hingga Desember. Musim kemarau terjadi pada bulan Januari sampai dengan
April.
3) Bentang Alam
a) Relief
Di bagian barat sebagian besar reliefnya
merupakan dataran rendah. Di bagian timur lebih tinggi daripada bagian barat
(1.000-1.500m). Tanahnya berbukit-bukit. Di ujung selatan daerah Temburong
terdapat Bukit Pagon yang tingginya 1.850 m. Daerah ini merupakan lereng
Pegunungan Crocker. Di bagian utara Pantai utara daerahnya relatif datar dengan
Teluk Bruneinya. Di sebelah barat terletak ibu kota Brunei, Bandar Seri
Begawan.
b) Sungai
Di Brunei Timur hanya mengalir satu sungai
yaitu Sungai Temburong. Sungaisungai di Brunei sebagian besar berfungsi sebagai
alat perhubungan, lebih-lebih di daerah yang sukar dibangun jalan. Di Brunei
Barat mengalir tiga sungai, yaitu : Sungai Belait, Sungai Tutong, dan Sungai
Brunei.
c) Sumber Daya Alam
Brunei Darussalam memiliki sumber daya alam
yang utama berupa minyak. Ladang minyak merupakan cadangan minyak terbanyak di
Asia Tenggara. Ladang minyak di lepas pantai terdapat di Kuala Belait, Ampar,
dan Jerudong. Di Brunei sendiri belum ada kilang penyulingan minyak. Sebagian
besar minyak mentah dialirkan melalui pipa-pipa ke Miri dan Lutong di Serawak
untuk disuling.
Rangkuman
Nama resmi : Negara Brunei Darussalam
Bentuk Pemerintahan :
Monarki Konstitusional
Ibukota : Bandar Seri Begawan
Letak Astronomis : 5°LU - 4°LS dan 114°BT - 115°30’BT
Luas wilayah :
± 5.765 km²
Jumlah penduduk : Jumlah Penduduk : 374.577 (Juli 2007 est.)
Kepadatan :
± 60 jiwa/km²
Agama :
Islam (64%), Buddha (14%), Kristen (10%), Kong Hu Cu, dan lainnya (12%)
Suku bangsa :
Melayu (65%), Cina (20%), suku Dayak (15%)
Mata uang :
Dollar Brunei
Bahasa :
Melayu dan Inggris
Lagu kebangsaan : Allah Peliharakan Sultan
Kemerdekaan :
1 Januari 1984 (dari kekuasaan Inggris)
Tanggal Masuk Asean : Brunei Darussalam bergabung pada (7 Januari 1984)
Iklim :
Tropis (Kemarau dan Penghujan)
Puncak Tertinggi : Bukut
pagon
Sungai Terpanjang : Sungai Belait
Tempat Tempat Penting :
Masjid Sultan Omar Ali Saifuddien, Masjid James
'Asr Hassanil
Bolkiah dan Museum Brunei
Ekspor
Unggulan : minyak dan gas bumi dan Hasil (kayu, rotan, cengal, dan
damar)
Bagikan
Profil Lengkap 10 Negara ASEAN : Brunei Darussalam
4/
5
Oleh
Bil Jabbar Adnan
Jangan lupa tinggalkan komentar yah :)