Karya Tulis Ilmiah
Kejanggalan
Film Indonesia
Diajukan
untuk Memenuhi Tugas Bahasa Indonesia
Disusun Oleh
Nama
Kelompok :
1. Fitri
Handayani
2. Nia
Kurnia
4. Sifa
Khoriyah
Smp negeri 2 Teluknaga
Tahun Pelajaran 2015/2016
Kata Pengantar
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan kami semua
kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah ulasan film “Kejanggalan
dalam Film Indonesia”, dapat selesai seperti waktu yang telah kami
rencanakan. Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari berbagai pihak
yang telah memberikan bantuan secara materil dan spiritual, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ibu guru
pembimbing mata pelajaran Bahasa Indonesia
2. Orang tua yang telah memberikan
dukungan dan bantuan kepada kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan
3. Teman-teman yang telah membantu
dan memberikan dorongan semangat agar makalah ini dapat di selesaikan
Selain
untuk menambah wawasan dan pengetahuan kami, makalah ini disusun untuk memenuhi
salah satu tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia. Makalah ini membahas tentang
ulasan film “Kejanggalan Film di Indonesia”. Tak ada gading yang tak retak kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan, dan penulisan. Maka kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak.
Semoga
makalah tentang ulasan film “Kejanggalan Film di Indonesia”
dapat bermanfaat bagi kami dan para pembaca.
Jepara, 21 Mei 2015
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
Judul ………………………………………………………………………………………………………………i
Kata Pengantar…………………………………………………………………………………………………………….…ii
Daftar Isi ……………………………………………………..………………………………………………………………..iii
Kata Pengantar…………………………………………………………………………………………………………….…ii
Daftar Isi ……………………………………………………..………………………………………………………………..iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang…………………………………………………………………………………………………………..1
B.
Perumusan dan Ruang Lingkup
Masalah……………………………………………………………………1
C.
Tujuan
Penulisan………………………………………………………………………………………………………1
BAB II Pembahasan
A.
Sejarah dan Perkembangan Film di
Indonesia…………………………………………………………….2
B.
Kejanggalan Film
Indonesia……………………………………………………………………………………….4
1. Setting …………………………………………………………………………………………………………………..4
2. Dialog……………………………………………………………………………………………………………………5
BAB
IIIPENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………………………………………………….6
B. Saran…………………………………………………………………………………………………………………...6
C. Daftar
Pusaka ……………………………………………………………………………………………………...7
iii
BAB
1
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beberapa tahun belakangan ini, perfilman Indonesia mulai
bangkitkembali. Sebelumnya, film-film Indonesia tidak mendapatkan tempat di
hati penontonnya, tergilas dengan film-film Holywood yang masuk ke Indonesia.
Namun, perfilman Indonesia kini mulai kembali menggeliat dan mencoba
mencaritempat di hati penonton negerinya sendiri. Hal ini terbukti dengan
meningkatnya produksi film, yaitu meningkatnya frekuensi kemunculan film-film
baru. Ambilsaja film “Pocong” sebagai contoh, film misteri yang belum sempat
tersebar luasdi bioskop-bioskop Indonesia karena konflik dengan Lembaga Sensor
Film ini,dalam waktu singkat mengeluarkan sekuel filmnya “Pocong 2”. Selain
itu, film-film Indonesia juga mulai mendominasi bioskop-bioskop di
Indonesiadibandingkan film luar negeri. Saat ini amper 75% film yang yang
ditayangkandi sebuah bioskop adalah film Indonesia. Misalnya di bulan Mei ini
di DaanMogot Theatre, dari tiga studio yang dimilikinya dua di antaranya
memutar filmIndonesia, yaitu “Angker Batu” dan “Naga Bonar”, dan lainnya adalah
filmHolywood “Spiderman”. Kemudian, minat penonton Indonesia terhadap
terhadapfilm buatan negerinya sendiri juga mengalami peningkatan. Sebagai contoh,
filmyang berjudul “Berbagi Suami”, pemutaran filmnya amper selama satu bulan
bertahan di Daan Mogot Theatre. Ditambah lagi menjamurnya
sineas-sineasIndonesia yang berbakat dan potensial dalam mengemas sebuah cerita
ke dalamfilm sehingga mampu membangkitkan gairah penonton Indonesia untuk
menonton film buatan negerinya sendiri.
1.2Perumusan Masalah (Ruang Lingkup
Masalah)
Seperti yang dikutip dari situs Wikipedia, “film adalah
gambar-hidup, juga sering disebut movie (semula plesetan untuk ‘berpindah gambar’)
yang dihasilkandengan rekaman dari orang dan benda (termasuk fantasi dan figure
palsu) dengankamera, dan/atau oleh animasi”.
Film dapat dibagi menjadi dua, yaitu film fiksidan non-fiksi. Film-film non-fiksi meliputi film documenter, ilmu pengetahuan,eksperimental, dan animasi. Sedangkan film fiksi meliputi film drama, filmkomedi, dan lain sebagainya.Film yang baik adalah film yang memiliki dan memenuhi unsur-unsur film, seperti plot, karakter, tema, dan setting, dan lain sebagainya. Namun, ada beberapa hal yang harus dipenuhi untuk membuat penonton tertarik untuk menonton sebuah film, yaitu memiliki cerita yang menarik, karakter-karakter yang unik, atau mungkin juga setting dari film tersebut.
Film dapat dibagi menjadi dua, yaitu film fiksidan non-fiksi. Film-film non-fiksi meliputi film documenter, ilmu pengetahuan,eksperimental, dan animasi. Sedangkan film fiksi meliputi film drama, filmkomedi, dan lain sebagainya.Film yang baik adalah film yang memiliki dan memenuhi unsur-unsur film, seperti plot, karakter, tema, dan setting, dan lain sebagainya. Namun, ada beberapa hal yang harus dipenuhi untuk membuat penonton tertarik untuk menonton sebuah film, yaitu memiliki cerita yang menarik, karakter-karakter yang unik, atau mungkin juga setting dari film tersebut.
1.3Tujuan
Penulisan
Tujuan penulis menyusun makalah ini, yaitu penulis akan
mencobamemberikan penjelasan tentang kejanggalan yang dapat ditemukan dalam
sebuahfilm sehingga dapat menyebabkan penonton film tersebut merasa
tergangguterhadap kemunculan kejanggalan tersebut.
1
Bab 2
Pembahasan
Pembahasan
2.1 Sejarah dan Perkembangan
Perfilman Indonesia
Jika dihitung-hitung usia perfilman Indonesia sudah mencapai
umur lebihdari 80 tahun. Film Indonesia pertama kali dibuat pada tahun 1926
olehseorang Belanda Heuveldorp bersama dengan seorang Jerman Kruger
yang berjudul “Loetoeng Kasaroeng” yang dibuat di Bandung.
“LoetoengKasaroeng” inilah awal mulanya perfilman Indonesia
dimulai, walaupun tidak dibuat oleh anak negeri sendiri namun pemeran,
cerita, dan setting yang dipilih adalah seluruhnya asli Indonesia. Kehidupan
perfilman Indonesia pada tahun 60-an mengalami kelesuan.Kondisi politik dan
ekonomi saat itu sangatlah tidak mendukung produktifitas para pembuat
film. Pada periode tersebut tidak hanya film saja yangkehilangan gigi,
namun hampir semua bidang seni mengalami kesuraman.Dikarenakan isu-isu politik
yang sempat mencekam sehingga kreatifitas paraseniman tidak dapat
diaktualisasikan dengan bebas.Keadaan berubah pada tahun 70-an, angin segar
berhembus pada para pembuat film.
Pada periode ini para seniman bebas berekspresi, khususnya bagi
mereka yang bersentuhan dengan bidang perfilman. Dengandikeluarkannnya Kep. No.
71 Th. 1971 oleh Menteri Penerangan Budiharjo pada masa itu, maka produktivitas
film meningkat pesat. Kebijakan tersebutmemperbolehkan para produser untuk
meminjam uang sejumlah setengah dari biaya produksi film. Uang tersebut
merupakan uang pemerintah yangdidapatkan dari pungutan dari film-film impor.
Film-film impor yang masuk Indonesia pada waktu itu diharuskan menyerahkan
sumbangan wajib demi perkembangan perfilman nasional.
Akibat adanya kebijakan tersebut,disamping meningkatnya
produksi perfilman , juga terdapat dampak negatif pada proses produksi perfilman, seperti kru
film yang memiliki tugas yang overlapping,
ketika satu orang mengerjakan beberapa tugas yang
seharusnyadikerjakan oleh sebuah tim. Namun bagaimanapun juga, film “Bernafas
dalamLumpur” produksi Sarinande arahan sutradara Turino Junaidi sukses di
pasaran dan menjadi tonggak bangkitnya perfilman Indonesia.
Beberapanama sutradara potensial yang berusaha membangun
kembali citra filmIndonesia pada periode itu, yaitu Wim Umboh, Asrul Sani,
Teguh Karya,Syumandjaya, Nico Pelamonia, Ami Priyono, Wahyu Sihombing Arifin C.
Noer, dan Nya Abbas Akub.
Ppada tahun 80-an perfilman Indonesia sudah dapat tampil lebih
baik.Film-film yang digarap sudah mulai berani untuk bereksplorasi lebih
dalam,misalnya dengan melakukan syuting di luar negeri. Selain itu, para
pembuatfilm juga sudah mampu membuat film-film kolosal, seperti “ November
1828” atau “ Sunan Kalijaga”.
2
Walaupun teknik-teknik yang digunakan belum sesempurna
film-film luar negeri, namun mereka sudah dapatmenggunakan efek-efek khusus
dalam film mereka, seperti dalam film“Pasukan Berani Mati” atau “Lebak
Membara”.
Dalam periode ini, pemerintah tidak hanya mendukung
perkembangan film Indonesia dari segi produktifitasnya saja, namun juga dalam
hal kualitasnya. Perwujudan tersebutdapat dilihat dengan keluarnya SK Menteri
RI No. 216/Kep/Men/1983mengenai Dewan Film Nasional.
Dewan Film Nasional inilah yang berfungsisebagai pendamping
Menteri Penerangan Nasional dalam melakukan pembinaan perfilman
nasional.Perfilman Indonesia pada tahun 90-an sampai dengan 2002 agak
memprihatinkan. Produktifitas film menurun dikarenakan lagi-lagi
masalahekonomi. Pada masa itu krisis ekonomi sedang melanda Indonesia, yang
berpuncak pada penurunan nilai tukar rupiah yang drastis pada tahun 1998.Film
yang muncul sedikit sekali dan itupun harus bersaing dengan film-filmluar
negeri. Menurut data Sinematek Indonesia, film yang diproduksi padatahun 1998
ada 4 film, tahun 1999 ada 3 film, tahun 2000 ada 3 film, dan padatahun 2001
ada 4 film.
Lima tahun belakangan ini keadaan perekonomian sudah dapat
dikatakanagak stabil. Perindustrian film juga mulai menata kembali
dirinya.Kebangkitan perindustrian film ini dimulai dengan munculnya
sineas-sineasmuda. Pada awalnya mereka membuat film-film pendek yang
ditayangkan ditelevisi dengan durasi dua jam dikurangi durasi tayangan iklan
yang kemudiandisebut sebagai Film Televisi (FTV). Film-film yang mereka buat
cukupmengagetkan karena tema yang mereka angka walaupun hanya tema-tema
percintaan, entah cinta remaja atau cinta keluarga, dikemas dengan
apik.Teknik-teknik pengambilan kamera, penyusunan dialog, pemilihan setting
,dan pemunculan karakter-karekter bisa dibilang sangat baik. Kemudian,
perkembangan ini sampai sekarang sudah mulai merambah ke jenjang yanglebih
tinggi, yaitu film bioskop.Delapan puluh tahun bukanlah waktu yang panjang bagi
perfilmanIndonesia untuk terus tumbuh dan berkembang. Selama delapan puluh
tahun jatuh bangunnya film Indonesia merupakan sebuah usaha untuk
menunjukkaneksistensinya.
Dimulai dari seorang Belanda dan seorang Jerman,
filmIndonesia berusaha untuk terus memperpanjang jalan dan umurnya. Dansekarang
film Indonesia mulai menapaki jalan barunya dengan bertumpu pada para sineas
muda berbakat untuk dapat memunculkan eksistensinya di luar sana agar tak kalah
dengan film-film luar negeri.
3
2.2 Kejanggalan Film Indonesia
Kondisi perekonomian yang sudah mulai stabil turut membangun
suasana bangkitnya perindustrian film Indonesia. Jika diperhatikan pembuatan
filmIndonesia mengalami kemajuan, hampir semua aspek-aspek pembuatan filmdapat
dikuasai dengan baik, seperti teknik-teknik pengambilan gambar, pemilihan tema
cerita, pemilihan aktris dan juga musik pendukung. Selain ituditambah dengan
kemunculan para sineas muda yang berbakat dan potensialyang telah memperdalam
ilmunya di luar negeri yang siap untuk mengemascerita ke dalam sebuah
film.Faktor-faktor seperti modal dan kemampuan sepertinya sudah
lengkapdidapatkan untuk dapat membuat karya-karya film yang siap diterima
olehmasyarakat Indonesia sebagai tanda bangkitnya kembali film Indonesia..
Namun sayang, seperti peribahasa “karena nila setitik, rusak susu
sebelanga”,ketidaklogisan akibat munculnya kejanggalan-kejanggalan kecil dalam
sebuahfilm seperti melunturkan betapa berat perjuangan dalam membuat
sebuahfilm. Ada dua kejanggalan yang sering kali muncul dalam film-film Indonesiasampai
saat ini, yaitu kejanggalan pada setting
dan dialog.
1.
Setting
Setting merupakan sebuah latar belakang, baik waktu maupun
tempat,terjadinya sebuah cerita dalam sebuah fim.
Pemilihan setting , khususnya tempat untuk mendukung atau
membangun sebuah suasana dalam film,dapat dikatakan sudah sangat baik dalam
beberapa tahun belakangan ini.Contohnya dalam film “Bintang dari Surga”,
sutradara dari film ini Sekar Ayu Asmara lebih memilih Yogyakarta sebagai
setting tempat daripada Jakarta, agar
dapat membangun suasana cerita dengan lebih baik. Dibalik pemilihan tempat dan
waktu sebagai setting, sering terjadiketidakcocokan antara setting tersebut dengan detail-detail yang ada
dalamfilm tersebut. Misalnya ada ketidakcocokan antara peralatan canggih dengan
setting waktu, atau ketidakcocokan
antara setting tempat dengan
setting waktu itu sendiri.
Coba bayangkan bila ada sebuah film yangmenampilkan adegan
seseorang yang menggunakan sebuah pager, padahalkejadiannya mengambil waktu
pada tahun 2004. Sedangkan kita semuatahu bahwa pager di awal tahun 2000-an
sudah tidak muncul lagi.
Makadengan munculnya pager
dalam adegan ini, film kelihatan tidak logisakibat kejanggalan tersebut.
Contoh yang paling konkrit ada pada film “Mendadak Dangdut”,film yang dibintangi
oleh Titi Kamal dan Kinaryosih ini memiliki sebuahkejanggalan yang penulis
anggap cukup fatal, karena mengakibatkan cerita menjadi tidak logis. Seperti
yang dikutip dari sebuah ulasan tentang film ini dalam sebuah situs di
internet, “…bagaimana mungkin seorang bintang penyanyi terkenal menjadi buronan
polisi bersembunyi dalam sebuah kampung kecil dan tidak ada seorang pun dari
warga kampong tersebut mengenalinya”.
4
Dalam realita, hal tersebut memang sangat tidak mungkin
terjadi. Tidak mungkin ada seorang pun yang tak dapatmengenali seorang artis
penyanyi terkenal yang bersembunyi dikampungnya, padahal banyak media massa
elektronik dan cetak di mana-mana. Selain itu, kampung yang menjadi setting
tempat kejadian ceritatersebut hanyalah sebuah kampung di pinggiran kota yang
masih memilikiakses informasi yang cukup luas. Kecuali, jika kampung
tersebutmerupakan sebuah kampung yang benar-benar tertinggal, seperti di
pedalaman Papua, maka sangat memungkinkan tak seorangpun dapat mengenalinya.
Sungguh disayangkan jika sebuah cerita menarik menjadirusak hanya karena
kejanggalan kecil.
2.
Dialog
Dialog sangat berperan penting dalam sebuah film. Adanya
dialog-dialog dalam film sangat membantu membangun suasana cerita danmembuat
film lebih hidup. Dengan adanya dialog, penonton dapatmengerti akan jalan
cerita dari sebuah film, dan juga dapat membawa penonton serasa terlibat dalam
film tersebut.
Dialog-dialog dalam sebuah film biasanya ditulis oleh
penulis skenario.
Penulis skenario mempunyai tugas yang sangat berat, karena ia harus menyusun dialog per dialog sehingga dapat dirangkai menjadisebuah cerita yang utuh.
Namun, menurut pendapat penulis, keahlian penulis skenario film Indonesia bisa dibilang masih lemah. Banyak kekurangan-kekurangan yang membuat dialog menjadi janggal, tidak masuk akal, dan kurang dapat dinikmati.
Ada beberapa film Indonesia yang memiliki dialog yang kurang baik dan kurang dapat dinikmati. Misalnya dialog-dialog yang dibuat terlalu pendek-pendek, atau jeda waktu yang terlalu panjang antara satu dialog dengan dialog yang lain yang tidak mampu membangun suasana cerita dalam film tersebut. Contoh lain yang paling jelas dapat ditemukan dalam fim “BanyuBiru” yang dibintangi oleh Tora Sudiro. Kejanggalan dialog terdapat pada sebuah adegan dalam sebuah gerbong kereta api yang berjalan.
Saat itu Banyu sedang dalam perjalanan menuju rumah ayahnya dan duduk berhadapan dengan seorang lelaki tua. Dalam film tersebut ada dialog yang dilakukan oleh kedua tokoh tersebut.
Lelaki tua tersebut bertanya mengenai tujuan Banyu, yang kemudian dijawab oleh Banyu bahwa ia ingin menemui ayahnya yang sudah sepuluh tahun tak ditemuinya. Anehnya, lelaki tua itu berkomentar bahwa sungguh wajar seorang anak memiliki masalah dengan orangtuanya.
Sungguh janggal, seolah-olah lelaki tua tersebut telah mengetahui bahwa Banyu memang memiliki masalah dengan ayahnya.
Padahal dalam realita, jika seorang bertemu dengan orang asing tentu saja orang asing tersebut mungkin akan bertanya lebih jauh mengapa sudah lama tak bertemu dengan ayahnya, atau mungkin bertanya hal yang lain, namun tidak langsung berkomnetar seperti diatas.
Dua kejanggalan dari sekian kejanggalan lain yang sering muncul di dalam sebuah film akan menimbulkan dampak yang negatif terhadap kepuasan penonton. Bagi mereka yang kritis dalam menonton sebuah film,kejanggalan-kejanggalan yang muncul akan sangat mengganggu mereka.
Penulis skenario mempunyai tugas yang sangat berat, karena ia harus menyusun dialog per dialog sehingga dapat dirangkai menjadisebuah cerita yang utuh.
Namun, menurut pendapat penulis, keahlian penulis skenario film Indonesia bisa dibilang masih lemah. Banyak kekurangan-kekurangan yang membuat dialog menjadi janggal, tidak masuk akal, dan kurang dapat dinikmati.
Ada beberapa film Indonesia yang memiliki dialog yang kurang baik dan kurang dapat dinikmati. Misalnya dialog-dialog yang dibuat terlalu pendek-pendek, atau jeda waktu yang terlalu panjang antara satu dialog dengan dialog yang lain yang tidak mampu membangun suasana cerita dalam film tersebut. Contoh lain yang paling jelas dapat ditemukan dalam fim “BanyuBiru” yang dibintangi oleh Tora Sudiro. Kejanggalan dialog terdapat pada sebuah adegan dalam sebuah gerbong kereta api yang berjalan.
Saat itu Banyu sedang dalam perjalanan menuju rumah ayahnya dan duduk berhadapan dengan seorang lelaki tua. Dalam film tersebut ada dialog yang dilakukan oleh kedua tokoh tersebut.
Lelaki tua tersebut bertanya mengenai tujuan Banyu, yang kemudian dijawab oleh Banyu bahwa ia ingin menemui ayahnya yang sudah sepuluh tahun tak ditemuinya. Anehnya, lelaki tua itu berkomentar bahwa sungguh wajar seorang anak memiliki masalah dengan orangtuanya.
Sungguh janggal, seolah-olah lelaki tua tersebut telah mengetahui bahwa Banyu memang memiliki masalah dengan ayahnya.
Padahal dalam realita, jika seorang bertemu dengan orang asing tentu saja orang asing tersebut mungkin akan bertanya lebih jauh mengapa sudah lama tak bertemu dengan ayahnya, atau mungkin bertanya hal yang lain, namun tidak langsung berkomnetar seperti diatas.
Dua kejanggalan dari sekian kejanggalan lain yang sering muncul di dalam sebuah film akan menimbulkan dampak yang negatif terhadap kepuasan penonton. Bagi mereka yang kritis dalam menonton sebuah film,kejanggalan-kejanggalan yang muncul akan sangat mengganggu mereka.
5
Bab 3
Penutup
Penutup
3.1
Kesimpulan
Perfilman Indonesia sudah berumur lebih dari 80 tahun. Delapan puluhtahun merupakan waktu yang panjang untuk puas berkarya dalam seni,khususnya bagi perfilman Indonesia. Perfilman Indonesia masih punya waktuyang lebih panjang daripada itu. Selama itu perfilman Indonesia masih harus terus beljar sambil berkarya untuk menciptakan karya yang masterpiece.
Perfilman Indonesia sudah berumur lebih dari 80 tahun. Delapan puluhtahun merupakan waktu yang panjang untuk puas berkarya dalam seni,khususnya bagi perfilman Indonesia. Perfilman Indonesia masih punya waktuyang lebih panjang daripada itu. Selama itu perfilman Indonesia masih harus terus beljar sambil berkarya untuk menciptakan karya yang masterpiece.
Masih banyak kejanggalan-kejanggalan kecil muncul dalam film
Indonesia yang harusdihilangkan . Karena, disadari ataupun tak disadari oleh
penontonnya, hal tersebut berakibat pda kepuasan mereka terhadap film tersebut.
3.2 Saran
Meningkatnya produksi perfilman yang berarti perfilman
Indonesiasedang beranjak dari tidur menuju kebangkitanya memang menggembirakan.
Namun, masih ada yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sebuah film.Ketelitian
sangat diperlukan dalam pembuatan sebuah film yang bagus, terutama dalam
pemilihan setting.
Sebaiknya pembentukan komposisi antara setting baik waktu dan tempat perlu lebih diperhatikan
dan lebih teliti lagi. Agar tidak munculkegajilan-keganjilan yang mengganggu.
Begitu pula dalam dialog, sekali lagiketelitian sangat diperlukan disini. Karena
sebuah dialog aneh muncul, atau dialogyang tidak pas dengan situasi cerita akan
sangat mengganggu para penonton yang menontonnya.
6
Daftar Pusaka
Cetak
Departemen Penerangan RI. Festival Film Indonesia 1985-1990.
Jakarta: DirektoratPublikasi Direktorat Jenderal PPG Departemen Penerangan RI,
1991Mohamad, Goenawan. Seks, Sastra, Kita. Jakarta: Penerbit Sinar Harapan,
1981Irawanto, Budi. Film, Ideologi, dan Milier. Yogyakarta: Media Pressindo,
1999Prananto, Jujur. Sebuah Skenario
Jujur Pranant Ada Apa dengan Cinta. Jakarta: Metafor,2002
ELEKTRONIK
Bintag dari Surga”.
http:/wiwienwintarto.multiply.com/tag/film (23 April 2007) 12.30WIB“
Cewe Matrepolis”. http:/wiwienwintarto.multiply.com/tag/film
(23 April 2007) 12.30WIB“
Issue”.
http:/wiwienwintarto.multiply.com/tag/film (23 April 2007) 12.30 WIB“
Mendadak Dangdut”.http:/wiwienwintarto.multiply.com/tag/film
(23 April 2007) 12.30WIB“
Festival Film Indonesia”.
http:/id.wikipedia.org/wiki/Festival_Film_Indonesia (23 April2007) 12.30 WIB“
Film Indonesia Masa Kini, Lemah Tema dan Cerita”.
http:/www.suarapembaruan.com/News/2005/10/25/Hiburan/hib01.htm (23 April2007)
12.30 WIB“
Perfilman Indonesia”. http:/id.wikipedia.org/wiki/Perfilman_Indonesia
(23 April 2007)
Download Makalah Versi Word [.doc]
Bagikan
Makalah : Kejanggalan Perfilman di Indonesia
4/
5
Oleh
Bil Jabbar Adnan
Jangan lupa tinggalkan komentar yah :)